Thursday, July 19, 2007

"Memangnya Perusahaan Nenek Moyang Lo"

Lagi-lagi saya ingin bercerita tentang saya dan dan pacar saya. Hari senin kemarin saya menjemputnya dari kantor saat jam makan siang, karena pertemuan kita tidak bisa dilakukan setiap saat, maka ketika ada kesempatan untuk menemuinya akan langsung saya ambil.

Ternyata surprise kecil dari saya itu membuat dia merasa diperhatikan ekstra. Jujur sebenarnya pada saat saya meneleponnya untuk mengajaknya makan siang, yang terlintas dipikiran saya hanyalah ingin bertemu dengannya. Namun melihat reaksi positif yang diperlihatkan pacar saya tersebut, saya menjadi berpikir bahwa ternyata kebebasan waktu yang saya miliki dapat bermanfaat bagi orang lain. Bandingkan jika saya harus bekerja sebagai pegawai kantoran, apakah hal yang sama bisa saya lakukan. Menurut saya jawabannya tentu saja bisa, tapi, ada tapinya nih, waktu yang saya miliki saat beristirahat tentu saja sama terbatasnya dengan waktu yang dimiliki oleh pacar saya. Bahkan mungkin saja saya memiliki waktu yang lebih sempit, karena saya harus menjemput dan mengantarkannya kembali. Kalau istirahat saya melebihi dari jam yang telah ditentukan, berarti saya telah KORUPSI waktu, dan ini yang ingin saya hindari. Apesnya lagi jika ketahuan oleh atasan, kita pasti akan kena semprot dan diberikan hukuman.

Serba salah kan jika menjadi karyawan itu, kebebasan waktu yang dimiliki oleh kita dikekang oleh aturan kantor. Tapi mau tidak mau kita wajib mematuhi aturan main yang ada, kalau tidak? “memangnya ini perusahaan nenek moyang lo”!

Sebetulnya saya melihat ada dimensi lain dari kalimat “memangnya ini perusahaan nenek moyang lo”! coba bayangkan kalau memang benar misalnya TELKOMSEL adalah perusahaan keluarga saya, tentunya sah-sah saja jika kita ingin mengunjungi kantor seminggu sekali atau malah setahun sekali. Untuk masalah manajerial bisa dilakukan dari rumah atau dari manapun kita mau, ingat kecanggihan teknologi informasi mendukung kita untuk melakukan hal tersebut.

Saya pernah bilang ke pacar saya, “neng nggak apa-apa ya Aa jadi tukang beras, yang penting kan Aa bisa antar jemput neng kekantor”. Tuh kan saya mendapat kebebasan waktu lagi untuk mengantar orang yang kita sayangi pergi kekantor, tidak masalah dengan toko beras saya, kan ada pegawai yang mengurusnya. Setelah pulang mengantar ke kantor, saya masih memiliki waktu untuk mengecek kolam ikan di Banjaran dan kandang domba di Cisarua. Dari situ saya bisa makan siang sambil bernegosiasi dengan calon mitra bisnis yang lain di sebuah cafe di Paris Van Java Mall. Pertanyaan saya sekarang apakah hal tersebut bisa saya lakukan jika saya berstatus sebagai karyawan?

Inilah yang sekarang sedang saya nikmati, menikmati waktu dengan melakukan hal-hal yang ingin saya lakukan kapanpun, sama siapapun, dimanapun, dan bagaimanapun, terserah saya!

Didalam salah satu sunnatullah yang paling penting adalah hokum pengharapan (law of expectation). “As you think, so you are.” Anda adalah hasil dari pemikiran Anda. Sesuatu yang Anda harapkan dengan penuh keyakinan akan berlangsung dengan lancer. Anak-anak kita akan hidupmengikuti harapan kita. Kalau Anda memberi tahu anak Anda bahwa dia adalah anak yang pandai, dia akan mencoba hidup mengikuti harapan Anda. Sebaliknya, kalau Anda berkata kepada anak Anda, "kamu sangat bodoh", dia pun akan hidup seperti orang bodoh yang Anda harapkan. “Allah SWT sungguh akan mengikuti persangkaan hamba-hambaNya", demikan Al-Quran mengajarkan.

Terakhir, buatlah diri ini memiliki harapan yang tinggi, karena secara tidak langsung sistem dalam tubuh kita akan memformat kepada pengharapan itu sendiri. Ingat ya mimpi itu impuls positif, banyak orang besar yang awal mulanya mereka hanya bermimpi dan terbukti kini mimpinya itu menjadi kenyataan.




3 comments:

Anonymous said...

Kalau km memang sudah mantap dengan jalan yg km ambil ya udah jalankan dan buktikan. Km seharusnya ga perlu terus menerus melakukan justifikasi atas apa yg kamu tempuh ini. Dari berbagai sisi pula..Diawali dengan kata2 'Nabi juga pengusaha", trus "kl mau kaya jadilah pengusaha", trus sekarang paparan keluangan waktu yg km punya.

Justifikasi itu memperlihatkan bahwa km memiliki prejudice org2 masih dan akan memandang sebelah mata akan pilihan km. Seolah2 ada org yg masih mempertanyakan keputusan km.

Jadi sebenarnya yg masih meragukan pilihan ini siapa?
Orang2? Atau justru kamu sendiri?

Kata seorang teman: It feels good when u're in the right way.. Begitu juga sebaliknya: When u feel good, it means u're in the right way.
So? Apa yg km rasakan?

p.s: Eh, comment di sini bisa diapus ga si? Kl bisa, habis km baca apus aja yaaa... =)

Tata

Anonymous said...

Yup! FYI gw juga bukan seorang "Pegawai" tapi gw tidak pernah memandang sebelah mata para kaum yg hidup dari "usaha" gw. Satu hal yg penting untuk menjadi pengusaha yg berhasil ialah berusaha 10x lebih keras dr saingan kamu. Karena kita adalah PENGUSAHA, org yg hidup dr USAHA (effort) kita!

Anonymous said...

Waduh kamana wae atuh akbar teh?. dedengean geus jadi juragan yeuh. geus boga balong jeung munding sabaraha maneh patka meeting jeung nu rek meuli lauk oge di PVJ, gaya pisan. Urang saban poe ka PVJ tara panggih maneh euy? ngomongkeun karyawan jeung pengusaha mah asa sarua ah, kecuali maneh geus sukses. kade tong susumbar heula bisi isuk pageto teu jadi janten juragan na, pan engke maneh nu era sorangan. Piss ah salam ka barudak patung